Senin, 01 Februari 2016

My Favorite Number

Tidak semua orang memiliki angka favorit. Dan tidak semua orang suka dengan angka. Contohnya mereka yang tak menyukai hitung-hitungan. Dan contohnya lagi seorang yang sedang mengikuti judi togel yang hanya percaya angka ketika “si mbah” memberikan wangsit. Terlepas dari hal itu, ada juga orang-orang yang memiliki angka favorit. Saking favoritnya, mereka kadang takut jika ada angka lain yang ada di dalam dirinya dengan kata lain fobia angka. Siapa yang tak pernah dengar mitos angka 4 dan 13 ?

Bicara tentang angka favorit, mungkin orang-orang memiliki angka favoritnya sendiri-sendiri atau ada angka-angka khusus yang diberikan pada seseorang sebagai sebuah penghargaan atau penghormatan. Ambil contoh angka 7 yang digunakan pemain Manchester United, banyak Manchunian yang menganggap bahwa angka 7 memiliki kesaktian tersendiri jika dipakai pada orang yang tepat. David Beckham, Cristiano Ronaldo, Eric Cantona, dan sebagainya adalah salah satu bukti bahwa jika nomor 7 dipakai pada orang yang tepat maka akan membawa keberkahan bagi tim tersebut. Atau mungkin angka juga bisa dipakai sebagai warisan turun temurun. Keluarga Maldini dalam klub A.C. Milan contohnya yang identik dengan angka 3, dari sang kakek Cesare dan bapaknya Paolo hingga ke anaknya Christian mungkin akan diwarisi nomor punggung 3 jika mereka bermain di Milan.

Oke, bicara soal angka favorit saya 21. Banyak orang yang senang dengan angka ini, (alm.) Bob Sadino yang rumahnya bernomor 21 contohnya, beliau tidak memiliki alasan kenapa menyukai angka tersebut, “Ya karena saya senang aja dengan angka 21.” Begitu kata beliau di salah satu acara televisi beberapa tahun silam. Contoh lagi adalah Andrea Pirlo yang identik dengan nomor 21 dari dia bermain di berbagai klub dan negaranya Italia. 21 juga merupakan nomor “hoki” bagi Adele. Di umurnya yang ke 21, Adele mengeluarkan album berjudul 21 dengan salah satu single masterpiece: Someone Like You. Dan di album ini, Adele mulai melesat menjadi salah satu diva pop yang diperhitungkan kancah musik dunia.

21 bagi saya adalah nomor favorit. Saya mulai menyukai nomor ini saat menonton PSIS Semarang di stadion Jatidiri. Saat itu, ada salah satu pemain depan PSIS bernomor punggung 21 yang identik sebagai supersub, yang kelak menjadi salah satu pemain bola lokal favorit saya yang kebetulan juga lahir di daerah yang sama saat saya dilahirkan, dia bernama Khusnul Yaqien. Mulai dari situ, setiap bermain bola dan membeli jersey saya memakai nomor punggung 21.

Dan tanpa terasa angka 21 nanti akan menjadi angka usia saya. Dan konon, di usia 21 adalah fase remaja akhir dimana pola pemikiran remaja tersebut akan matang dan mulai berpikir hal yang lebih dewasa.  Fase dimana mereka memulai memikirkan kehidupan jangka panjang, tidak hanya soal pendidikan melainkan karier dan pasangan mereka kedepannya.

Saya sendiri kurang percaya hal tersebut. Karena saya baru memulai perjalanan saya di usia 21. Yang terpenting adalah saya mampu menjalani kehidupan saya secara seimbang sehingga saya bisa melangkah lebih baik dengan bimbingan Tuhan, orang tua, dan orang-orang yang saya cintai di usia saya yang sudah tidak remaja lagi: 21.