Minggu, 15 Mei 2011

Melupakan Waktu

Kita selalu menghadapinya. Semua proses, perbuatan, dan keadaan akan selalu dihadapkan pada dirinya. Terkadang orang - orang yang terdesak akan cepat - cepat mengusirnya, tetapi mereka tak akan bisa melakukannya. Dan terkadang orang - orang yang menikmatinya, akan selalu sakau dengan dirinya, meskipun dia tidak bisa memberi sesuatu. Seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung itu bisa kita sebut waktu.

Bisa dibilang, saya termasuk orang yang gampang 'kehilangan' waktu. Waktu yang tersedia 24 jam sepertinya belum bisa saya manfaatkan sebaik mungkin. Saya akan merasa membutuhkan saat saya telah menyadari bahwa waktu itu saya butuhkan. Dan saya lebih senang ketika waktu itu saya manfaatkan bersama orang lain. Walaupun  pada akhirnya waktu tak bisa terulang dan tak akan bisa diulang.

Hal itu berbanding terbalik ketika seseorang memanfaatkan waktu yang apa adanya dengan berbagai kegiatan untuk dirinya. Entah apa itu. setidaknya dia mengisi waktunya dengan sesuatu. Mereka mungkin kehilangan akal untuk membuat jeda untuk mengisi waktunya dengan orang lain. Mereka masih berkutat dengan dirinya sendiri. Dan mungkin mereka juga tidak tahu bagaimana caranya melupakan waktu. Ironisnya, mereka juga yang biasanya berhasil dalam kehidupannya.Ternyata mereka selalu punya senjata untuk menaklukkan waktu, meski mereka tidak pernah melupakan waktu. 

Memang waktu tetaplah waktu mereka tak pernah peduli dengan manusia. Dan terkadang manusia juga tak peduli dengan waktu. Bahkan sesama manusia pun bisa sama - sama tak peduli. Ah entahlah. Pertanyaannya ialah. Bisakah kita membuat waktu untuk kita sendiri ?


Kamis, 05 Mei 2011

Takdir Kita

Setiap manusia yang terlahir di dunia ini pasti mempunyai tanda cap yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Mereka mempunyai ciri khas masing - masing, kelemahan dan kelebihan masing - masing, cara pandang yang saling berbeda, dan jalan hidup yang berbeda satu dengan yang lainnya. Mereka juga mempunyai takdir yang berbeda, meski secara bakat sangat berbeda dengan takdirnya. Ada yang mempunyai bakat bisa mengalahkan sosok Lionel Messi, tetapi dia sedang menyetir bis malam Antar Kota Antar Propinsi. Ada yang mempunyai bakat untuk bisa mengalahkan suara emas Whitney Houston, tetapi dia kini sedang merawat banyak pasien di sebuah Rumah Sakit Daerah. Ada yang mempunyai bakat untuk mendapatkan nobel fisika, tetapi dia sekarang sedang menggotong karung - karung di sebuah pelabuhan. Memang sungguh ironi saat bakat tak sesuai dengan takdir yang ada.

Dan ada juga yang bisa mengubah takdirnya sendiri. Bukannya menyalahi kodrat Tuhan. Tetapi mengubah dalam arti ini adalah berusaha 'membelokkan' arah takdir yang kurang baik menjadi baik bagi dirinya, orang lain, maupun Tuhan. Ada juga mereka yang mempunyai bakat untuk merubah takdir. Entah mereka sudah dititipi oleh Tuhan seperti itu. Saya selalu kagum dengan pemikiran orang - orang yang realistis dengan keadaan walaupun dia bisa mengubah takdirnya sendiri. Itu lebih baik ketimbang orang yang terlalu ambisi tetapi hasil dari ambisinya tidak menyenangkan baik dirinya, diri orang lain, maupun Tuhan.

Dan begitulah takdir. Dia sangat berkaitan dengan seseorang. Bisa berkaitan dengan masa lalu seseorang. Bisa berkaitan dengan apa yang dilakukan saat ini untuk diketahui takdirnya pada masa yang akan datang. Dan pada akhirnya takdir itu akan membawa kita pada satu tujuan.

Selasa, 03 Mei 2011

Kembali ke 0 km

Bagai berlari menyusuri jalanan yang sangat panjang. Kita harus membutuhkan bekal, teknik, dan mental yang kuat. Terkadang kita berhenti dari perjalanan tersebut untuk rehat sejenak. Ada pula kita terjatuh dan terinjak - injak kaki para pelari yang masih melaju cepat. Ada saatnya kita  restart ke tempat semula karena suatu hal yang membuat kita 'terpaksa' melakukan hal itu. Dan pada saatnya kita bisa mengalahkan ratusan bahkan ribuan para pelari yang ada di belakang untuk mencapai tempat yang kita tempuh. Kita menganggap semua pelari adalah musuh yang berusaha saling mengalahkan bahkan saling membunuh. Tak ada kawan. Tak ada sahabat. Tak ada pacar. Tak ada saudara. Hanya ada seorang setan yang harus dikalahkan oleh kita. Demi tujuan yang satu: kemenangan. Dan itu mungkin gambaran dari kompetisi di dunia ini.

Akan sangat bahagia orang - orang yang telah sampai pada tujuannya. Mereka akan berteriak keras dengan bangganya dan mengumpat kepada mereka yang masih tertinggal di belakang. Senyum bibirnya terlihat dan tawa mereka membahana serasa puas dengan apa yang mereka  kerjakan selama ini. Atau mungkin mereka tak henti - hentinya mengucap syukur pada-Nya dan bersikap biasa saja seolah peristiwa itu tak terjadi serta mereka tetap menyapa dan menolong orang - orang yang masih ada di belakang. Semua itu tergantung pribadi para pemenang.

Sementara yang masih tertinggal di belakang. Mereka datang dengan nafas terengah - engah. Matanya sayu dan tubuhnya lemas. Dia ingin menghentikan perjalanan tetapi dia terancam dilindas oleh roda waktu. Dia tak tahu harus berbuat apa. Dan pada akhirnya dia merintih minta pertolongan orang lain. Dia menyapa dan tak ada seorangpun yang bernyawa. Mereka sudah terlindas roda waktu. Dan pada akhirnya dia terlindas olehnya. Dengan sedikit nyawa, dia masih bisa melepaskan lindasan roda waktu, meskipun roda waktu masih melindas bagian tubuhnya. Hidup memang tragis bagi para pecundang.

Begitulah hidup jika terbalut dalam kompetisi. Kita selalu terpacu oleh orang - orang yang masih melaju. Entah mereka melaju kencang dengan kakinya sendiri. Atau mereka melaju dengan 'kaki palsunya'. Dan hidup ini jika terbalut kompetisi memang hanya ada dua pilihan. Tetap melaju atau mati terlindas kejam! Dan itu yang akan selalu kita ikuti dalam kehidupan ini. Dan saya sepertinya masih terengah engah di kilometer 0.