Rabu, 15 Januari 2014

Bercerita di Udara

Hampir semua orang tahu dengan sebuah benda hitam yang selalu bersuara setiap hari, memutarkan lagu - lagu kesukaan kita, dan para penyiar yang selalu mengajak kita lebih intim dengannya. Benda yang sangat populer ini sekarang bertransformasi ke zaman yang lebih canggih. Tak hanya bentuk fisiknya yang semakin tipis dan bisa dibawa kemana - mana. Namun juga materi acara dari benda tersebut yang lebih catchy untuk didengar. Perkenalkan, namanya Radio.

Dulu, proklamasi Indonesia dikumandangkan di radio agar orang - orang tahu bahwa bangsa kita sudah merdeka. Dulu, pidato Bung Tomo disiarkan di radio agar arek - arek Surabaya lebih bersemangat melakukan jihad melawan Belanda. Dulu, sebagian dari anak muda 80'an mendambakan pacar impian mereka adalah penyiar radio.

Kini, radio tak lagi kotak hitam kecil yang kesannya ribet untuk dibawa kemana - mana. Kini, radio beredar dalam dunia yang lebih luas dan kejam bernama internet (baca: radio streaming). Kini, radio sudah lebih dinamis untuk mengikuti perkembangan zaman.

Dan wawasan saya tentang radio lebih terbuka saat saya mengikuti workshop Radio Project. Radio tidak hanya penyiar saja. Melainkan banyak sekali orang yang ada di belakang layar radio. Ada produser, sales promotion, script writer, music director, dan bidang - bidang lain yang pastinya mendukung kinerja radio.

Penyiar pun tidak hanya sekadar cuap - cuap. Tetapi ada teknik - teknik dan attitude yang diperlukan agar penyiar tetap disukai dan dicintai para pendengarnya. Siapa yang tak kenal Farhan, Indy Barends, Indra Bekti. Mereka adalah para penyiar yang memiliki jam terbang yang tinggi. Dan pastinya perlu usaha dan kerja keras untuk mendapatkan predikat penyiar handal pastinya.

Lagu - lagu yang diputar di radio pun tidak sembarangan. Music Director dalam hal ini paling bertanggung jawab. Dia memilih lagu untuk dimasukkan dalam playlist sebuah program. Dia juga yang membangun relasi dengan perusahaan rekaman untuk memasukkan lagunya dalam radio. Maka dari itu, seorang Musik Director harus dan wajib memiliki musikalitas yang sangat - sangat tinggi. Karena musik yang MD pilih adalah musik yang akan disajikan oleh para pendengar radionya.

Semua hal ini  menjadi pembuktian. Bahwa radio tak hanya menjadi sebuah hiburan. Tak hanya sekadar cuap - cuap penyiar yang didengarkan pendengarnya. Tetapi radio adalah penyaluran kisah dan rasa terhadap pendengarnya melalui penyiar dan lagu - lagu yang diputar sehingga terjadi kedekatan antara pendengar dan radio tersebut, itu yang menyebabkan radio masih eksis dan tetap bercerita di udara. 


"And music was a very important part of our lives. The radio was on all day." (Ruben Blades)

Sabtu, 11 Januari 2014

Lebih dari Sekadar Fisika

Saya bukan penghitung yang baik. Saya juga orangnya tidak begitu rajin. Minat dan bakat saya mungkin terdapat pada sastra dan nada, bukan pada angka dan hal - hal yang mengenai logika. Tapi entah mengapa. Saat pendaftaran mahasiswa baru, saya memilih fisika sebagai tujuan selanjutnya. Pilihan ini sebenarnya saya taruh di pilihan terakhir, namun pilihan ini yang saya dapatkan. Dan karena itu pilihan, mau tak mau suka tak suka harus dijalankan.

Bermodalkan nilai fisika yang standar saat SMA serta materi - materi yang pernah dipelajari (hanya dipelajari, lalu lupa), saya mencoba peruntungan di jurusan Fisika Universitas Diponegoro. Pada waktu PMB memang berjalan biasa saja, hingga pada akhirnya saya bersama teman - teman fisika angkatan 2013 dikumpulkan  di stadion untuk dikenalkan program dari himpunan jurusan bernama Physic Solidarity Center (PSC). Apa itu PSC ? 

PSC adalah suatu program dari HMF UNDIP yang bertujuan sebagai sarana para mahasiswa baru mengenal dan beradaptasi dengan lingkungan jurusan Fisika. Program ini diadakan setiap tahun ajaran baru saat para mahasiswa baru masuk jurusan hingga mereka siap menjadi keluarga di Fisika Undip. Tidak hanya itu, PSC juga menjadi sarana untuk para maba menjadi calon kader HMF dalam memenuhi parameter yang ditentukan oleh PSC itu sendiri. Hal ini mengingat kebanyakan himpunan jurusan itu ibarat OSIS-nya di jurusan yang memiliki proker, banyak event, kegiatan, menyusun peraturan, dan masalah tetek bengek lainnya yang pastinya membutuhkan kader - kader yang "tahan banting" agar himpunan tetap eksis.

Tidak hanya itu, kita juga diajari bagaimana mengenal angkatan yang nantinya menemani saya hingga mencapai gelar S.Si. Disitu juga diajarkan bagaimana kita mengenal satu sama lain. Bagaimana kita memiliki rasa kebersamaan dalam angkatan yang pastinya akan merasakan pengalaman yang sama dalam suatu peristiwa.

Memang, di dalam mendapatkan suatu manfaat pasti harus ada usaha untuk mendapatkan manfaat tersebut. Dan usaha itu pasti ada yang dilakukan dengan jalan yang tidak selalu datar. Begitu juga yang dialami oleh saya dan teman - teman fisika 2013. Selalu ada rintangan dan hal - hal yang menghambat kita dalam menyelesaikan suatu masalah. Namun itu karena kita sendiri yang masih perlu beradaptasi dalam menyelesaikannya serta menjalani apa yang ada.

Sekadar cerita dan curhat saja nih, saya pernah sampai menangis sewaktu ada tugas menulis biodata sebanyak anak - anak angkatan 2013. Saya juga pernah dimarahin ortu gara-gara pulang sampai jam 3 untuk ngerjain tugas. Dan yang paling parah adalah di saat lagi fokus - fokusnya sama angkatan, tak ada angin maupun hujan, tiba - tiba saya diputusin sama cewek (baca: mantan). Dan itu membuat saya ngedrop. But show must go on. Semua tugas yang diberikan pasti ada esensi dan manfaatnya, jika tidak bisa dirasakan sekarang paling tidak manfaatnya akan kerasa nanti disaat peristiwa itu kembali datang dalam wujud yang berbeda. Saya hanya belum terbiasa dan mungkin belum mengerti saja.

Yang jelas semua pandangan saya tentang fisika menjadi berubah. Yang awalnya menurut saya orang - orang yang masuk fisika adalah seorang pemikir - pemikir yang memiliki ego yang tinggi, sekarang di fisika undip memiliki rasa kekeluargaannya yang tinggi. Yang semula menurut saya di fisika adalah orang - orang yang kaku dan lebih tertarik pada materi - materi sains, ternyata di fisika undip tidak hanya berbicara tentang fisika melainkan hal - hal dengan topik yang menyenangkan. Dan yang penting dari itu, fisika undip mematahkan anggapan saya bahwa fisika itu mungkin hanya sekadar penguasaan teori tentang suatu gejala fisis dari peristiwa, namun di fisika undip tidak hanya itu saja. Semua yang telah diajarkan oleh PSC, warga fisika undip, dan teman - teman fisika undip angkatan 2013 membuat "pelajaran fisika" itu lebih dari sekedar fisika..

NB: Gara - gara PSC saya bisa tahu dan kenal dengan kakak angkatan. Gara - gara PSC saya lebih tahu tentang lingkungan fisika. Gara - gara PSC saya bisa lebih kenal dengan keluarga 2013. Dan gara - gara PSC, saya diputusin (hehe bercanda kak). Terimakasih PSC.

We are Physic Diponegoro University 2013. And we are one.

Senin, 06 Januari 2014

Srikandi yang Hilang


Alkisah di bumi Alengka, sang Arjuna yang sedang mengembara mencari ilmu kesaktian yang ada di kawah Candradimuka didatangi oleh seekor burung elang yang datang dari kahyangan. Elang tersebut datang dengan sepucuk surat yang ada di cengkramannya. Lalu dia memberikan sepucuk surat itu kepada Arjuna. Dengan rasa penasaran, Arjuna membuka surat itu dan membacanya.
Kakanda Arjuna yang adinda cintai..
Dengan rasa berat hati dan tetes air mata yang terurai, adinda menulis surat ini.
Untuk kakanda yang selalu menemani adinda di saat sedih, senang, bahagia, marah, dan berbagai perasaan yang menyelimuti batin adinda. Untuk kakanda yang selalu sabar dan setia bersama adinda selama bertahun-tahun. Untuk kakanda yang selalu menjadi pelindung disaat para pengganggu itu menggodai adinda. Untuk kakanda yang dengan maha baiknya mengajak adinda ke negeri yang adinda impikan, negeri Kahyangan..
Ijinkanlah adinda mengungkapkan hal yang sebenarnya tidak ingin adinda sampaikan. Namun keadaan batin yang selalu tersiksa dan tertekan membuat adinda mau tak mau harus menyampaikannya.
Sudah berbulan - bulan kakanda turun ke bumi, mencari ilmu di kawah Candradimuka untuk memperoleh kesaktian. Selama berbulan – bulan pula, batin yang mendera adinda menunggu kehadiran kakanda untuk bisa kembali ke negeri Kahyangan. Sepucuk surat yang kakanda berikan pun belum cukup untuk membendung kerinduan yang sudah merusak batin ini. 
Adinda dengan berat hati memutuskan untuk meninggalkan kakanda dan ijinkanlah adinda kembali  turun ke bumi untuk menjalani hidup adinda yang baru, entah di hari nanti adinda akan bertemu dengan kakanda Arjuna atau menemukan Arjuna yang lain..
Terimakasih untuk tahun – tahun terbaik bersama kakanda. Adinda mohon maaf jika surat ini membuat kakanda menjadi muram dan gundah gulana. Adinda pikir ini merupakan jalan terbaik untuk kita berdua.
Salam
Srikandi
Membaca surat itu, kontan Arjuna langsung merasa lunglai. Wajah sangar yang selalu diperlihatkannya berubah menjadi sendu. Tak ada yang bisa dia perbuat. Tak ada alasan untuk menyalahkan semuanya. Waktu, keadaan, dirinya, atau diri sendiri pun tak bisa untuk dipersalahkan. 
Arjuna tersadar. Surat yang masih digenggamannya dipeluk dan dicium. Dia tersenyum. Dia berpikir bahwa kelak, surat ini menjadi saksi bahwa suatu saat pasti Srikandi akan kembali padanya. Entah dalam bentuk apa, dia yakin suatu saat akan bersama Srikandi cepat atau lambat atau dalam bentuk Srikandi yang lain. Syahdan, dia memanjatkan puja – puji pada dewa dan tak lupa mengirimkan doa untuk Srikandi agar hidupnya lebih bahagia meski tanpa dirinya.
Arjuna  pun melanjutkan pengembaraan menuju kawah Candradimuka.  Dengan batin yang sedikit terluka akibat goresan tinta Srikandi yang telah dicintainya. Dan sekali lagi Arjuna percaya, Srikandi yang hilang pasti akan kembali dalam pelukannya. Meski dalam wujud dan cinta yang lain.