Minggu, 13 Maret 2011

She is Somebody to Love

Dia mungkin seseorang yang belum pernah saya bayangkan sebelumnya untuk menjadi milik saya. Dan mungkin, dia juga tidak pernah membayangkan seseorang berwajah karung goni ini bisa menjadi miliknya. Semua itu datang begitu saja. Mengalir. Secara lembut. Perlahan. Hingga akhirnya, jatuh di saat yang tepat. Seperti air.

Saya mengenal dia sejak SD. Dulu dia terlihat polos, pintar, rajin. Saya pernah bermain di rumahnya untuk mengerjakan tugas kerja kelompok. Dia masih terkesan cuek dengan keadaan. Maklum, jaman itu masih SD. Jaman terendah dalam status pendidikan Indonesia, satu tingkat masih di atas Taman Kanak - Kanak. Dan pada jaman itu, masih konyolnya tingkah laku anak - anak. Walaupun penulis masih terlihat konyol seperti anak - anak. Kami masih tabu dalam hal cinta (baca: pacaran). Jika ada seorang lelaki ingusan dekat dengan seorang wanita sebayanya, pasti teman - teman yang melihatnya akan berkata, "Cieeeee". Dan itu membuat mental lelaki tersebut 'down' dan semakin lama semakin menjauh dengan wanita tersebut. Kalaupun dekat, pasti diantara mereka saling men-'jaga image' demi teman nya masing - masing agar tak mengeluarkan kata sakti tersebut. Begitulah mungkin arti cinta monyet. Dan penulis menganggap itu adalah cinta monyet yang sebenar - benarnya monyet.

Di jaman SMP adalah jaman peralihan yang tadinya bocah ingusan menjadi bocah yang sudah mulai kering ingusnya. Dan saya mulai mencari sebuah arti kehidupan yang sesungguhnya. Baik dalam hidup, ilmu, teman, maupun cinta. Saya mulai memberanikan diri untuk dekat dengan seorang wanita. Seperti pada umumnya orang Indonesia yang ingin menjalin hubungan, saya mengikuti gaya klise tersebut. Dan alhasil, saya bisa merasakan cinta pertama. Walaupun dulu dengan status backstreet, karena masih takut dengan keadaan dan lingkungan yang belum memungkinkan untuk menjalin hubungan dengannya.

Diawali dengan rasa bahagia dan berbunga - bunga, saya menjalani hari dengannya. Saya masih ingat, ketika pertama kali nge-date dengannya di sebuah warnet dan warung. Saya masih grogi dengan hal itu karena saya dan dia tidak dalam sekolah yang sama. Dan perasaan phobia dengan omongan orang tua masih terasa. Tetapi saya mencoba untuk mengambil resiko. Walaupun pada prakteknya masih takut dengan keadaan dan lingkungan. Hari hari itu berjalan selama 8 bulan. Dan berakhir begitu saja. Mungkin cerita tersebut berakhir, karena kesalahan saya yang terlalu takut untuk mengambil resiko sehingga dia merasa bosan dengan apa yang saya lakukan terhadap dirinya. Dan saya sangat menyadari itu. Meski begitu, saya sangat bersyukur karena dia yang pertama mengisi lembar kehidupan saya tentang 'cinta'.

Di awal SMA, saya bertemu dengan dia. Saya masih sangat menyimpan rasa dengannya. Dia masih seperti yang dulu: pintar, rajin, polos, cantik, dan dia semakin bertambah dewasa. Dan saya juga merasakan diri saya masih seperti yang dulu: konyol, aneh, culun, hanya saja saya hanya bertambah kumis dan jenggot yang menempel diwajah yang tak karuan. Saya mencoba kembali mengetuk pintu hatinya yang mungkin masih bisa menerima lelaki salak pondoh ini untuk menjadi kekasihnya, seperti waktu itu. Tanpa disangka, dia masih menerima lelaki konyol ini untuk kembali mengisi lembar kisah cintanya. 

Seandainya dia tahu, saya ingin mengucapkan terima kasih padanya karena telah menerima lelaki absurd ini dengan apa adanya. Dan saat saya menulis blog ini, lagu Astrid yang berjudul Tentang Rasa mengalun di keheningan hari Minggu 13 Maret 2011 pukul 01:00. Lagu yang seakan menampar saya untuk mengerti hatinya dan berharap semua akan baik - baik saja hingga pada waktunya.


Aku tersesat
Menuju hatimu
Beri aku jalan yang indah
Ijinkan ku lepas penatku
Tuk sejenak lelap di bahumu

Dapatkah selamanya kita bersama
Menyatukan perasaan kau dan aku
Semoga cinta kita kekal abadi
Sesampainya akhir nanti selamanya
Tentang cinta yang datang perlahan
Membuatku takut kehilangan
Ku titipkan cahaya terang
Tak padam di dera goda dan masa
Dapatkah selamanya kita bersama
Menyatukan perasaan kau dan aku
Semoga cinta kita kekal abadi
Sesampainya akhir nanti selamanya

2 komentar:

DQ cah hida (mbiyen) mengatakan...

Apik Boz ,,
ak arep nangis kie ,, *hiks*

Alvin Muhammad Habieb mengatakan...

Matur nuwun bos.
Ojo tekan nangislah. Hhaha