Kamis, 07 Juli 2011

Antara Cinta dan Tai Kucing

"Kalo cinta sudah melekat. Tai kucing rasa cokelat."

Mungkin jokes ini sangat tepat bagi para makhluk Indonesia yang sedang merasakan indahnya cinta terutama saat pada awal - awal masa percintaan. Rasa sakit akan berubah menjadi manis, saat merasakan cinta. Rasa perih di hati seolah terobati, saat merasakan cinta. Rasa nafsu makan yang berkurang akan berubah menjadi lahap meski tidak meminum temulawak, saat merasakan cinta. Rasa takut untuk BAB di toilet yang bau dan gelap akan berubah menjadi nyaman dan betah untuk berlama - lama, saat merasakan cinta. Rasa malas untuk membalas Handphone yang berdering karena SMS atau telpon menjadi rajin menunggu balasan darinya, saat merasakan cinta. Dan semua hal - hal yang rasional akan berubah menjadi irasional, saat merasakan cinta. Maka dari itu, tampaknya pemerintah Indonesia perlu menambah Rumah Sakit Jiwa untuk menangani para manusia - manusia yang menderita 'gila sementara'.

Tapi, bagaimana jadinya dengan manusia Indonesia yang kembali 'normal' ? Pastinya para manusia 'normal' itu sudah mengetahui cokelat telah 'expired' dan berubah menjadi tai kucing kembali. Dan kehidupan kembali normal seperti semula ditambah rasa sakit di hati. Entah terkena hepatitis atau penyakit lain yang menyerangnya.

Memang cinta itu terlalu banyak contoh untuk diibaratkan. Bisa saja cinta seperti sebuah odong - odong yang menempuh perjalananan jauh dan akhirnya diserbu laskar bocah ingusan. Bisa saja cinta seperti celana dalam favorit yang saat melepasnya untuk dicuci memerlukan tetes air mata. Bisa saja cinta seperti seekor celeng yang tanpa tedeng aling - aling menyeruduk apa saja, atau memakan apa saja tanpa tahu makanan itu halal atau haram. Dan intinya cinta itu sebuah rasional yang bisa menjadi irasional. Dan entah sampai kapan rasa irasional berubah lagi seperti semula. Mungkinkah waktu, hati, dan alam ini yang akan menjawabnya ? Entahlah ..

Tidak ada komentar: