Sudah lama saya tidak bercerita di blog ini. Terakhir kali saya menulis
blog pada bulan Februari, malam sebelum ulang tahun. Tujuh bulan sudah saya
memiliki banyak bekal untuk bercerita. Tentang perjalanan saya yang tidak
penting atau curhatan saya yang tidak penting juga. Tapi yang ingin saya
ceritakan adalah imajinasi saya setelah nonton Ada Apa Dengan Cinta 2.
Saya bukan orang yang senang dengan film drama walaupun hidup saya penuh
dengan drama. Tapi saya seorang yang memiliki imajinasi lebih saat merasakan
hal-hal yang menurut anak jaman sekarang terbawa perasaan atau baper. Mungkin terkesan melankolis, tapi
gakpapa. Namanya juga terserah saya mau nulis apa. Imajinasi kan bisa tercipta
dari mana dan kapan saja. Termasuk lagi baper
setelah nonton AADC 2.
Seperti yang kita tahu, AADC 2 merupakan lanjutan dari AADC yang waktu itu ending nya gantung kayak hubungannya
Rangga dan Cinta. Hingga pada akhirnya hubungan mereka kembali berlanjut
berkat bantuan salah satu aplikasi sosial media terbesar di dunia. Hebat sekali
aplikasi ini sampai turun tangan memperbaiki hubungan Rangga dan Cinta. Dan
pada akhirnya, mereka kembali berhubungan kembali. Layaknya orang yang
sama-sama tidak bisa move on. Kalau
kata mbak @awkarin sih, kamu itu patah hati terbaik aku. Padahal kalau barang
di toko yang sudah patah atau rusak karena kelakuan kita itu berarti kita wajib
membeli atau bertanggungjawab. Logika cinta memang serumit logika matematika
jika dan hanya jika.
Dari film itu, imajinasi liar saya muncul. Terlintas apa yang pernah saya
alami saat merasakan rasanya memiliki pasangan, menjalin hubungan, merajut
kisah-kisah asmara, dan sebagainya. Kini waktu terasa begitu cepat berlalu.
Mereka yang pernah menjalin hubungan dengan saya sudah memiliki pasangannya
masing-masing. Mencari yang lebih baik dari saya.
Sementara saya ? Menikmati apa yang ada. Meluangkan waktu dengan Tuhan,
keluarga, saudara, teman, sahabat, relasi, dan lain-lain. Saya juga meluangkan
waktu untuk sendiri, menikmati perjalanan, merenungi nasib, introspeksi diri,
dan sebagainya. Kadang di tengah perjalanan saya berkelana terbesit pikiran, “Kalau
saya berpetualang sama pasangan kayaknya seru ya.” Dan sayangnya, saya berbicara
seperti itu pada diri saya sendiri layaknya orang gila.
Ya begitulah problema. Mesti diingat lagi. Kata Rumpies di lagu Nurlela.
Tapi ini bukan problema yang membaca. Ini juga bukan problema saya juga. Karena
saya tidak menganggap itu menjadi sebuah masalah yang mempengaruhi hidup saya. Sekali
lagi saya berimajinasi saat saya di posisi Rangga yang ratusan purnama tidak
ada di hati Cinta kembali untuk meminta Cinta kembali bersamanya. Dan pastinya
kenangan Cinta saat menjalin hubungan dengan Rangga pun kembali terbuka
sehingga tidak ada alasan bagi Cinta untuk tidak move on.
Saya lalu berpikir, jika saya menjadi Rangga (mudah-mudahan ada reality show-nya) akankah dia—yang tidak
boleh disebutkan namanya—memilih bersama saya untuk merajut kisah kasih nan
mesra ? Saat saya sudah memiliki apa yang saya inginkan, sudah melakukan apa
yang saya mau, atau memiliki segalanya lalu saya hadir lagi ke dalam
kehidupannya. Apakah dia akan berkata, “Kamu patah hati terbaik aku.”
Sekali lagi, ini hanya imajinasi liar saya saja. Saya tidak mau mengganggu
apa yang sudah mereka jalani. Saya tidak mau mengganggu administratyur yang
sudah teratyur (kata om Kasino) meski saya terkesan ngelantyur. Toh pengalaman baru dan orang-orang baru selalu ada mengisi kehidupan saya. Hidup saya
terus berjalan dengan kisah lama yang telah menjadi cerita, dan kisah baru yang
menjadi pemacu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar