Kamis, 02 September 2010

SBY-ku Sayang, SBY-ku Malang


Tulisan ini tidak bertujuan untuk mendiskreditkan pak Presiden. Juga bukan untuk mendukung bulat - bulat kepemimpinan beliau. Ini adalah masalah moral bangsa Indonesia yang demen 'ngrasani' atasannya. Sebagai presiden, pasti selalu ada halang rintang yang menunggu di depan. Entah sebelum jadi presiden atau pada menjadi presiden. Mereka - mereka itu selalu menggoyang kursi RI - 1 tidak lain tidak bukan untuk menjadi RI - 1 pastinya. Atau mereka yang kontra dengan kepemimpinan beliau yang 'katanya' peragulah, tidak tegaslah, inilah, itulah ... Itulah yang menyebabkan negara ini terpuruk, karena masyarakatnya tidak memberi kepercayaan terhadap pemimpinnya. 

Sepanjang sejarah di Indonesia, tidak ada presiden yang lepas dari cercaan 'manusia - manusia hitam'. Pasti presiden kita dianggap, serba salah dalam menentukan kebijakan. Presiden pertama, katanya berhaluan kiri. Presiden kedua, katanya terlalu diktator. Presiden ketiga, katanya masih 'sekutu' presiden kedua. Presiden keempat, katanya anti DPR. Presiden kelima, katanya terlalu pendiam. Dan presiden keenam ? silahkan pikir sendiri. Presiden juga manusia. Pasti bukan Tuhan maupun dewa. Tapi juga bisa diharapkan sebagai makhluk yang sempurna oleh masyarakatnya. Tinggal bagaimana presiden tersebut mencoba sebagai makhluk harapan masyarakat.

Oke kita kembali ke masalah pak SBY. Baru - baru ini pidato pak BY 'katanya' cukup mengecewakan. Terlalu normatif. Antiklimaks. Bla bla bla. Bagi para 'penjegal' beliau, pasti menjadi 'makanan empuk' untuk membabat habis SBY. Mulai dari anak buah, hingga rajanya langsung pasti akan langsung membantai dengan sindiran - sindiran yang menyakitkan. Dan kalau jika SBY tumbang, para musuh itu pasti akan berebut kursi RI - 1. Dan pasti jika musuh - musuh beliau dihadapkan problem yang sama, pastinya mengambil sikap yang sama dengan pak SBY --mungkin bahkan lebih 'pengecut' dari kebijakan pak SBY. Terkadang politik telah membutakan mata hati hanya demi sebuah kursi. Sungguh kejam dan menyakitkan.

Inti dari permasalahan ini adalah : Bangsa Indonesia ini terlalu sering 'mengungkapkan kesalahan' para pemimpinnya. Padahal, belum tentu Presiden yang selalu salah. Bisa saja kebijakan dari presiden sudah baik, hanya fakta yang dilakukan oleh anak buah beliau kurang didengar dengan baik. Dan untuk para pelawan arus, 'jegalah presiden dengan bersih'. Jangan sampai membuat cedera sang pemimpin. Dengan tercederanya sang pemimpin, otomatis juga tercederainya demokrasi yang bersih di Indonesia. Dan buat para pemimpin hari ini dan selanjutnya, berusahalah untuk menjadi manusia sempurna. Insya Allah, Tuhan akan membuatnya jadi sempurna walaupun orang menganggapnya lebih rendah dari kesempurnaan.

Tidak ada komentar: